Kamis, 30 Mei 2013

PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN DAN SOLUSINYA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda beda menghasilkan keragaman kebudayaan . Tiap persekutuan hidup manusia ( masyarakat , suku, atau bangsa ) memiliki kebudayaannya sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain . kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain . Dengan demikian , kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain , demikian pula terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia . Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan . Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan , perubahan kebudayaan , dan penyebaran kebudayaan.

B.   Rumusan Masalah
1. Bagaimana problematika kebudayaan dewasa ini yang muncul dari Pewarisan budaya, Perubahan budaya dan Penyebaran budaya?
2. Bagaimana solusi untuk mencegah dan mengatasi problematika kebudayaan tersebut?

C.   Tujuan Dan Manfaat
1.      Tujuan
Mengetahui problematika kebudayaan dewasa ini yang muncul dari pewarisan budaya, perubahan budaya dan penyebaran budaya dan memberikan solusi untuk mencegah dan mengatasi problematika kebudayaan tersebut.
2.      Manfaat
Diharapkan dari bahasan ini, akan diperoleh beberapa manfaat, diantaranya :
a.       dapat mengetahui problematika dalam kebudayaan di Indonesia
  1. dapat menambah pengetahuan mengenai pewarisan budaya, perubahan budaya dan penyebaran budaya
  2. memperoleh solusi untuk mencegah dan mengatasi problematika kebudayaan tersebut

























BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.   Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan , penerusan , pemilikan , dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan . Pewarisan budaya bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan , dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan datang .
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi . Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaanya . Proses Enkulturasi dimulai sejak dini , yaitu masa kanak-kanak , bermula dari lingkungan keluarga , teman teman sepermainan , dan masyarakat luas . Sosialisasi atau proses pemasyarakatan adala individu menyesuaikan diri dengan individu lain dengan masyarakat nya .
Dalam hal pewarisan budaya bisa muncul masalah antara lain : sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang , penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut , dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan .
Dalam suatu kasus , ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya . Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut , bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai nilai budaya baru yang diterima sekarang ini .

B.   Perubahan Kebudayaan
Perubahan Kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidak sesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan.Perubahan kebudayan mencakup banyak Aspek,baik bentuk,sikap perubahan,dampak perubahan,dan mekanisme yang dilaluinya.Perubahan kebudayaan di dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan.Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress  (kemunduran) bukan progress (kemajuan);perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi,berlangsung cepat,dan diluar kendali manusia .

C.   Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsur – unsur kebudayaan dari suatu kelompok kekelompok  lain  atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat disuatu wilayah bisa menyebar kemasyarakat wilayah lain. Misalnya , kebudayaan dari masyarakat Barat  (Negara – Negara Eropa)  masuk danmemengaruhi kebudayaan Timur(bangsa Asia dan Afrika).Globalisasi budaya bisa dikatakan  pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.
Dalam hal penyebaran kebudayaan,seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan,melainkan individual.Kebudayaan Barat yang masuk ke dunia Timur pada  abad ke-19 tidak masuk secara keseluruhan.Dunia Timur tidak mengambil budaya Barat secara keseluruhan,tetapi unsur tertentu,yaitu teknologi.Teknologi merupakan unsure yang paling mudah di serap.Industrialisasi di Negara –negara Timur merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit diterima oleh orang Timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapisan luar dari budaya.
            Ketiga, jika satu unsur masuk maka akan menarik unsur budaya lainnya. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang berkerja di industri teknologi tersebut.
            Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya dan menjadi sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur Tengah.
            Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan kehilangan kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya, pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan individualistik. Akibatnya nilai budaya bangsa, seperti kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.
            Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antaar kebudayaan. Selain difusi bentuk kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi berarti pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi merupakan kontak antarkebudayaan namun masing-masing masih menunjukkan unsur kebudayaannya. Asimilasi berarti peleburan antarkebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensif antara mereka yang berlainan latar be;akang, ras, suku, bangsa, dan kebudayaan. Pada umumnya asimilasi menghasilkan budaya baru.

D.   SOLUSI MENGATASI PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
1. Prioritas pada masalah
Penyimpangan seperti sudah benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai, asumsi, keyakinan atau pengalaman hidup kita. Karena penyimpangan itu pasti banyak kalau dicari apalagi dicari-cari, maka sebaiknya kita perlu membuat prioritas penyelesaian penyimpangan.
Manfaatnya adalah untuk menghindari keinginan-keinginan yang ditunggangi dorongan keinginan atau mood sesaat. Terkadang, kita menginginkan situasi atau kondisi yang langsung baik dan sempurna dari seluruh segi yang sama persis seperti firman kitab suci, sama persis seperti saran konsultan, atau sama persis seperti khutbah para pakar manajemen di buku-buku. Padahal, secara resource, kita belum mampu ke sana. Kesempurnaan itu adalah upaya untuk selalu menyempurnakan kekurangan / penyimpangan.
Selain itu, memutuskan perbaikan yang dasarnya masalah, akan membuat keputusan kita lebih membumi, lebih memfokus, lebih riil sasarannya. Para motivator sering mengatakan pikiran ini akan bekerja lebih bagus kalau diberi sasaran yang lebih jelas, lebih spesifik, atau lebih terukur. Sebaliknya, ia akan "bingung" kalau disuruh memikirkan sasaran yang tidak jelas, terlalu normatif, atau terlalu abstrak.

2. Konseptualisasi
Agar kemauan kita itu menjadi pemahaman bersama, kita perlu mengkonsepkannya, menyatakannya dalam bentuk pedoman yang bisa dipahami orang lain. Beberapa organisasi memang telah memiliki rumusan tertulis dari nilai-nilai yang diinginkan untuk terwujud dalam praktek. Tetapi ini masih banyak juga yang belum memiliki.
Selain bisa menjadi instrumen pemahaman bersama, rumusan tertulis juga akan menjadi pedoman perlakuan. Ini supaya jangan sampai kita tidak care terhadap penyimpangan dan tidak care pula terhadap prestasi atau performansi kerja sebagian orang. Jangan sampai karyawan memendam kesimpulan:
Jika kita menginginkan budaya yang positif dan lingkungan kerja yang mendukung, kita pun perlu mendukung (memberi reward) orang-orang yang sudah menunjukkan dukungannya. Dan pada saat yang sama, kita pun perlu memberikan punishment kepada orang yang terbukti menunjukkan penyimpangannya. Kelemahan kita, terkadang, kita menginginkan kebaikan, tetapi kurang appreciate pada orang yang baik dan lemah ATAU ignorance (tidak peduli (acuh tak acuh) menghadapi orang yang tidak baik.

3. Membuka fasilitas dan peluang pembelajaran
Pengalaman kita bersama menunjukkan bahwa untuk membuat orang melakukan sesuatu, ini membutuhkan effort yang jauh lebih banyak dibanding dengan membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu. Yang terakhir ini cukup dengan diberi tahu melalui mulut atau tulisan. Adapun untuk yang pertama, apalagi jika yang kita inginkan menjadi budaya, pasti tidak cukup dengan identikasi masalah prioritas dan konseptualisasi keinginan.
Budaya menyimpang, perlu diluruskan melalui proses belajar yang benar agar hasilnya benar. Esensi mendasar dari prinsip pembelajaran ini adalah memperbaiki keadaan (mengubah ke arah yang lebih baik) dengan cara melakukan sesuatu (proses) berdasarkan masalah yang muncul dengan berbagai cara yang mungkin. Intinya, kita tidak melihat penyimpangan budaya yang terjadi sebagai sebuah kesimpulan akhir, melainkan sebagai sebuah proses untuk diperbaiki. Kita tidak melihat penyimpangan sebagai penyimpangan tetapi sebagai isyarat untuk melakukan perubahan dan pengembangan..
Adapun bentuk fasilitas itu bisa kita sesuaikan berdasarkan keadaan, kemampuan dan keinginan. Pokoknya, apapun fasilitas yang bisa menyentuh orang untuk terdorong memperbaiki keadaan (dirinya, orang lain, dan lingkungan), itu perlu kita buka, dari mulai yang paling mahal sampai yang paling gratis menurut ukuran kita. Ini misalnya saja, training, konseling, coaching, teaching, dialog, pertemuan rutin, pengawasan langsung, pengarahan, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Dari bahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kedimpulan, sebagai berikut:
1.     Dalam hal pewarisan budaya bisa muncul masalah antara lain : sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang , penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut , dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan
2.     Dalam hal perubahan budaya bisa memuunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress  (kemunduran) bukan progress (kemajuan);perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi,berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
3.     Dalam hal penyebaran budaya bisa memuunculkan masalah, diantaranya masyarakat penerima akan kehilangan kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk.

B.   Saran
Dalam mengatasi problematika kebudayaan, hendaknya diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1.        Prioritas pada masalah
2.        Konseptualisasi
3.        Membuka fasilitas dan peluang pembelajaran










DAFTAR PUSTAKA

Herimanto. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar