KONSERVASI MORAL DALAM MENGIKIS KRISIS MORAL DI ERA DIGITAL
Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang berasaskan pancasila, bahasa yang luhur, damai
dan mengagumkan bagi yang mendengarnya serta syarat dengan makna. Menjadikan
bangsa yang bermoral dan berakhlak baik merupakan impian dan cita-cita semua
bangsa, begitupun indonesia
ingin menjadikan bangsa ini penuh dengan orang-orang yang bermoral dan
berakhlak baik. Dulu, benar memang bangsa ini penuh dengan orang yang bermoral,
Sopan, Bijaksana dan Benar.kini bangsa ini tidak seperti dulu, bangsa ini
sedang sakit, sedang krisis moral dan akhlak, jika dulu pada zaman nenek moyang
kita tidak pernah mendengar aksi kriminal yang berbentuk pembunuhan dan
kriminal lainnya. Kini hampir setiap hari kita melihat dan mendengar aksi
kriminal di media elektronik maupun cetak. Pembunuhan, anak bunuh ibu kandung,
ayah perkosa anak kandung, pencurian dan perampokan pun sering kita dengar
sampai pada memakan uang rakyat (korupsi) sering pula menghiasi media kita.
Belum lagi, jika dulu pada zaman Nabi
saat melahirkan anak perempuan langsung di bunuh (kubur hidup-hidup), kini tidak kalah kejam
malah belum lahir, belum sempat tinggal di dunia sudah dibunuh (aborsi). Dan
jika dulu murid sangat takut dan patuh kepada gurunya, kini sebaliknya guru
takut dengan muridnya, murid berani melawan pada gurunya, belum lagi ulah para penguasa bangsa ini yang
menjadi harapan bangsa ini malah menjadikan bangsa ini hancur dengan perlakuan
mereka yang banyak merugikan negara dan rakyat. Lantas apakah yang
melatarbelakangi semua kejadian tersebuat? Krisis moral! Ya, krisis moral dan
akhlak. Bangsa ini sedang sakit, bangsa yang tak tahu arah, akan jadi apa
bangsa ini kedepannya jika moral dan
akhlak bangsa ini terus menerus seperti ini.
Namun, Laju perkembangan teknologi sendiri tidak bisa
kita hentikan. Misal, ada seseorang yang berinovasi membuat aplikasi digital
yang dapat menggunakan kamera handphone untuk mengambil gambar wajah seseorang
lalu kemudian dari gambar tersebut dilacak semua akun sosial media atau
aktifitas mereka di Internet. Awalnya mungkin akan terdengar mengerikan, namun
menurut saya tetap ada beberapa penggunaan positif dari inovasi teknologi
semacam itu.
Ketika moral telah diabaikan, maka dapat dipastikan yang ada hanya
kebobrokan di segala bidang dan sisi kehidupan. Dari itu persoalan moral harus
menjadi hal yang diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga
merupakan benteng utama dalam hal penanganan masalah krisis moral ini, yang
memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam hal pengajaran moral. Mereka
dididik oleh orang tuanya dan dibentuk seperti apa yang diinginkan orang
tuanya. Bila keteladanan dari orang tua baik, maka akan tergambar dalam moral
anak. Unsur kedua adalah masyarakat sebagai tempat bersosialisasi.Siapapun
tidak boleh berlepas tangan dengan masalah krisis moral ini. Sebagian besar
dari masyarakat kita saat ini, tidak lagi memiliki kepedulian terhadap
lingkungan sekitarnya.Seolah telah menjadi identitas dalam diri mereka,
sehingga tidak lagi memperhatikan keadaan sosialnya.Sungguh merupakan hal yang
perlu untuk dibenahi, supaya masyarakat kembali menumbuhkan rasa simpati dan
kepedulian terhadap sesama yang subur. Betapa penting dan berartinya peran
moral dalam kehidupan kita, oleh karena itu perlu ada upaya yang serius untuk
membenahi dan menangani krisis moral yang sedang melanda bangsa kita ini.
Seluruh unsur harus memberikan perhatian serius dalam hal ini dan harus
bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Tekad dan harapan kita kedepannya,
moral anak bangsa ini tidak lagi mengalami krisis ataupun degradasi.Dimulai
dari diri kita sendiri dan keluarga. Bukan waktunya lagi untuk direndahkan dan
dipandang sebelah mata oleh bangsa
lain. Sudah saatnya bagi bangsa ini menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa kita
adalah bangsa yang bermoral, beradab dan beretika.
Bentuk-bentuk Krisis Moral
di Era Digital
Di antara
bentuk-bentuk krisis moral adalah sebagai berikut :
1.
Kenakalan Remaja
Kartono,
ilmuwan sosiologi “ Kenakalan Remaja atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency
merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang”. (Haryanto.Belajar Psikologi,Surakarta,2011.
Hal 1 )
Santrock
“ Kenakalan remaja
merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima
secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”(Haryanto. Belajar Psikologi, Surakarta, 2011. Hal 1)
Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan
oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat
bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia
tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.(Haryanto,2011:1).
Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat.
Adapun beberapa kenakalan remaja diantaranya :
2.
Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
3.
Tawuran Antar Pelajar
4.
Seks Bebas, Hamil di Luar Ikatan Pernikahan Kotori Moral
Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi
Dr. Boyke Dian Nugraha mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang
melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua
puluh persen pada tahun 2000. Didukung juga hasil berbagai penelitian di
beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di Palu, pada tahun 2000
lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9
persen., sementara penelitian pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang
ke klinik pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan
seksual pranikah. Seperti dikutip dari harian Republika yang memuat hasil
survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang dilakukan pada 2003
di lima kota, di antaranya Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta menyatakan
bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan
seks dengan pacar mereka. Ironisnya, hubungan seks itu dilakukan di rumah
sendiri, rumah tempat mereka berlindung dan sebagian besar mereka menggunakan
alat kontrasepsi yang dijual bebas, sebanyak 12 persen menggunakan metode coitus
interuptus (mengeluarkan sperma di luar organ intim wanita). Meningkatnya
jumlah kasus seks bebas menyebabkan makin tingginya jumlah kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD).
5.
Budaya Mencontek, Hancurkan Integritas Diri
Menyontek itu memiliki arti mencontoh atau melihat
jawaban dari teman, internet atau dari kebetan (istilah contekan) yang
sebenarnya tidak diperbolehkan dalam mengikuti ujian khususnya ujian dengan
peraturan tutup buku. Mencontek pasti sudah tidak asing lagi untuk pendengaran
kita, khususnya seorang pelajar. Setiap orang pasti berkeinginann untuk
mendapatkan nilai yang baik di setiap pelajarannya,dalam mengisi rapot, ipk
atau nilai sertifikat . Sebenarnya Menyontek itu adalah sebuah masalah atau
bukan ? tergantung dari mana sudut pandang anda. Kalau dilihat dari sudut
pandang si pembuat soal, tentu saja guru, dosen, atau tim pengawas mengadakan
ujian untuk mengetahui seberapa besar ilmu yang sudah diserap oleh siswa atau
mahasiswa nya, dan untuk mengetahui seberapakah keseriusan dari siswa nya,
apakah ilmu yang diberikan terlalu cepat diberikan atau bagaimana, Tapi jika
kita lihat dari sudut pandang siswa, adanya ujian itu mengharuskan mereka un tuk
mendapat nilai yang baik, jika tidak mereka akan diberikan nilai yang jelek di
akhir ujian nanti, padahal mungkin penyampaian guru yang kurang dimengerti,
kecepatan dalam mengajarar atau memang kemalasan siswa menjadi factor yang
mempengaruhi nilai tersebut. Dengan begitu muncul lah budaya yang ‘buruk’ yaitu
mencontek.
Konservasi Moral dalam Mengikis Krisis Moral di Era Digital
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara
harfiah, konservasi berasal dari bahasa inggris conservation yang
artinya pelestarian atau perlindungan (Drs.Hariyanto.KBBI:
865). Sedangkan konservasi moral di
sini adalah
1. Upaya
perlindungan yang hati-hati terhadap moral insan kamil
2. Upaya
perlindungan jangka panjang dari krisis moral di era digital
Konflik konservasi moral yang muncul di era digital
meliputi :
1.
Kenakalan remaja
2.
Penyalahgunaan NARKOBA
3.
Tawuran antar pelajar
4.
Seks bebas
5.
Hamil di luar pernimkahan
6.
HIV/AIDS
7.
Budaya mencontek
Upaya Konservasi Moral dalam Mengikis Krisis Moral di Era
Digital
1.
Belajar di Pendidikan Pondok
Pesantren
Diakui atau tidak, Pesantren merupakan
sebuah lembaga pendidikan tertua yang melekat dalam perjalanan kehidupan
Indonesia sejak ratusan tahun yang silam dan telah banyak memberikan kontribusi
signifikan dalam pembangunan bangsa ini, karena itu tak heran bila pakar
pendidikan sekelas Ki Hajar Dewantoro dan Dr. Soetomo pernah mencita citakan
model sistem pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional. Bagi
mereka model pendidikan pesantren merupakan kreasi cerdas budaya Indonesia
yang berkarakter dan patut untuk terus dipertahan kembangkan. Karena banyak hal yang belum tereksplorasi
dari pendidikan pondok pesantren tradisonal dalam persepktif pendidikan islam indonesia.
Pengertian pesantren berasal dari kata
santri, dengan awalan pe-dan akhiran an, berarti tempat tinggal santri.
Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay, mengatakan
pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam,
sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk
belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat
“tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya
sebagai pedoman hidup keseharian (Sudirjo.Pesantren Tradisional.(2004: 26-27).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid
belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi
pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai
ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup
keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat
(Fenomena, 2005: 7)
2.
Bimbingan Rohani Pasien (BRP)
Sakit bukan hanya masalah fisik semata
tetapi lebih luas dari itu yaitu menyangkut masalah psiko. Dengan
demikian kepedulian terhadap mereka yang sakit seharusnya perlu dilihat secara
utuh dan menyeluruh dari segi bio, psiko, sosial, spiritual. Karenanya Pola
Pelayanan Holistik adalah urgen bagi kesembuhan setiap pasien. Bimbingan Rohani
Pasien sebuah pelengkap penyembuhan dan pelayanan (Complementary Medicine) pasien di Rumah Sakit yang di dalamnya
terdapat proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah
Sakit sebagai upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian.
Urgensi Bimbingan Rohani adalah sebagai sarana peningkatan religiusitas
pasien yang berdampak kepada peningkatan kesembuhan, pembentukan moral yang
baik dan motivasi pasien. Dengan kata lain Bimbingan Rohani adalah
motivasi menuju kesembuhan.
Bentuk Bimbingan Rohani diantaranya : bimbingan
pasien kondisi biasa, bimbingan pasien kondisi koma/ICU, bimbingan pasien gawat darurat.
3.
Bimbingan Konseling Keagamaan Islam
Bimbingan keagamaan islami adalah proses
pemberian proses bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup didunia di akhirat. Bimbingan dan konseling, tekanannya pada
upaya pencegahan munculnya masalah pada diri seseorang.
Setiap orang, menurut islam, pada dasarnya
telah dikaruniai kecenderungan untuk bertauhid, mengesakan Tuhan, dalam hal ini
Allah SWT. Tegasnya, dalam diri setiap manusia ada kecenderungan untuk meyakini
adanya Allah SWT dan beribadah kepada-Nya.Dalam istialah Al-Qur’an
kecenderungan dimaksud disebut dengan “fitrah.”
Ini tercermin dalam ayat dan hadits sebagai berikut :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dari kedua dalil naqli tersebut diketahui
bahwa secara kodrati, manusia memiliki fitrah untuk beriman kepada Allah,
tetapi karena faktor “lingkungan” maka fitrah tersebut bisa tidak terkembangkan
sebagaimana mestinya, melainkan menyimpang ke arah yang lain.
Dengan kata lain, islam mengakui dua hal
pokok :
- Secara kodrati manusia telah dibekali “naluri” untuk beragama tauhid (agama islam).
- Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan naluri tersebut.
4. Menonton Tayangan
Siraman Rohani di Televisi
Di era ini, tayangan televisi menyajikan berbagai macam
menu tayangan yang tidak sekadar memberikan hiburan atau unsur rekreasi semata.
Tayangan televisi di era ini juga menyajikan tayangan yang memiliki unsur
edukatif, unsure historis dan tidak ketinggalan pula unsur religiusitas bahkan
tayangan ini sifatnya tidak hanya di bulan ramadhan saja, namun tayangan yang
memiliki unsure religius ini ditayangkan setiap hari. Beberapa stasion televisi bahkan
berlomba-lomba menayangkan tayangan religius tersebut. Seperti halnya ANTV
setiap malam menayangkan “Bincang-bincang dengan ustadz YM (Yusuf Mansyur)”,
nah di dalam bincang-bincang ini tidak hanya berisi bincang-bincang biasa.
Namun, bincang-bincang ini berisi unsur edukatif serta religiusitas. Seperti
halnya saat edisi menjaga akhlak kita antar lawan jenis. Ustadz YM menerangkan
bahwa jika kita berpegangan tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya
hukumnya adalah halal. Dan besok jika ibu dari yang melakukan hal tersebut akan
di siksa kala berada di alam kubur dengan siksaan yang oedih yaitu tangan si
ibu itu di beri batu yang di letakkan malaikat zabaniah, konon batu itu sudah
di simpan selama 100 tahun di neraka, naudhubillah. Nah, sekeras-kerasnya hati
orang yang melihat tayangan televise tersebut pastilah mencair mendengar
tayangan tersebut. Tayangan ini juga bisa menjadi jalan alternative dalam
konservasi moral bangsa. Dengan siraman rohani keagamaan, seseorang akan
tersadar akan semua kesalahan dan kekhilafan yang dilakukannya. Dan ia akan
jera atas perilaku negatifnya dan pada akhirnya ia akan menjadi manusia yang
bermoral baik. Tidak hanya tanyangan di ANTV saja yang memiliki unsure
religius. Seperti halnya di MNC TV, di Trans TV, di Indosiar juga memiliki
program tayangan “ Curhat Bersama Mama Dedeh” yang setiap pagi bisa kita
nikmati untuk mempertebal keimanan kita serta konservasi moral kita agar
senantisa berada di jalan yang lurus.
1.
Training ESQ
"Training ESQ adalah sebuah
fenomena yang mampu mengubah kehidupan seseorang..." Inilah kesimpulan para peserta sejak Training ESQ bermula pada
tahun 2001 sehingga kini. Ini adalah kerana ESQ memang berbeda dari latihan
yang lain. ESQ bukanlah sekadar latihan kepimpinan atau pengurusan tetapi Training ESQ
adalah merupakan pelopor di dalam dunia bagi latihan yang menyentuh aspek
spiritual dan emosional seseorang secara mendalam. ESQ adalah merupakan suatu
inovasi terkini yang menekankan aspek kepentingan kecerdasan spiritual bagi
setiap manusia. Diyakini bahawa kecerdasan spiritual merupakan pusat dan
landasan bagi kesemua kecerdasan yang ada yaitu Intellectual Quotient
(Kecerdasan Intelektual) dan Emotional Quotient (Kecerdasan
Emosional). Dibalik kejayaan ESQ Way 165 yang penuh dengan fenomena, tentulah
berdiri seorang tokoh yang inovatif dan kreatif. Tokoh pencetus idea sekaligus
menjadi penggasas ESQ
Leadership Center
adalah Ary
Ginanjar Agustian. Lulusan
Universitas Udayana Bali dan Tafe College di Adelaide, Australia, Ary Ginanjar telah
berkecimpung di dunia pendidikan dan profesional selama lebih daripada 15
tahun. Hasil daripada penelitian dan kajian yang mendalam, beliau telah
menerbitkan beberapa karya beliau sendiri berkenaan ESQ yaitu "Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual" dan 'Rahasia Sukses
Membangkitkan ESQ Power'. ESQ berpusat di Menara 165 Cilandak, Jakarta.
ESQ bertujuan untuk melahirkan manusia yang
unggul dari sudut emosi dan spiritual dengan cara mengembangkan potensi
keperibadian. Membentuk manusia unggul bukanlah suatu perkara yang mudah malah
memerlukan suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan selain komitmen yang
tinggi pada diri seseorang. Sehubungan dengan ini, ESQ merupakan latihan yang
berterusan tanpa henti dan memperkenalkan konsep "Pelatihan seumur
hidup". Konsep ini bermaksud jika anda telah hadir Training ESQ, anda layak untuk hadir ke Training ESQ
seterusnya di mana saja dan kapan saja secara GRATIS. Inilah salah satu
keistimewaan yang bakal anda peroleh pada Training ESQ selain konsep ESQ itu sendiri yang
cemerlang yang akan membawa kepada cahaya dan harapan baru bagi kehidupan anda.
ESQ akan memandu seseorang dalam membangunkan prinsip hidup dan keperibadian
berdasarkan ESQ Way 165. Angka 165 merupakan simbol bagi 1 hati yang Ihsan pada
God Spot, 6 Prinsip Moral berdasarkan Rukun Iman dan 5 Langkah
Kejayaan yang berdasarkan Rukun Islam. Walaupun ESQ berasaskan agama Islam, ini
tidak bererti ESQ hanya ditujukan secara eksklusif untuk individu Islam saja.
ESQ adalah untuk semua tanpa melihat agama atau bangsa. ESQ untuk siapa saja
yang berkeinginan membentuk keperibadian yang unggul dan bertanggungjawab.
2.
Pendidikan Berbasis Karakter
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat
dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Sekolah
seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar keunggulannya masing-masing.
Memasuki Era Globalisasi menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola
pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan mereka dengan
berbagai teknologi canggih agar bisa menghasilkan siswa yang mampu bersaing di
Era ‘Global Village’.
Menurut Indonesia Heritage
Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak, yaitu:
1.
Cinta Allah, dengan segenap
ciptaanNya
2.
Kemandirian ,tanggung jawab
3.
Kejujuran, bijaksana
4.
Hormat, santun
5.
Dermawan, suka menolong, gotong
royong
6.
Percaya diri, kreatif, bekerja
keras
7.
Kepemimpinan, keadilan
8.
Baik hati, rendah hati
9.
Toleransi, kedamaian, kesatuan.
Simpulan
Pembahasan mengenai ‘moral’ merupakan permasalahan yang
sangat kompleks di negeri ini. Bangsa ini sedang sakit, bangsa yang tak tahu
arah, akan jadi apa bangsa ini kedepannya
jika moral dan akhlak bangsa ini terus menerus seperti ini. Dalam hal
ini peran pemerintah dan para guru untuk mencanangkan pendidikan yang penuh
dengan moral harus lebih dan diperhatikan, agar kedepannya bangsa ini menjadi
bangsa yang bermoral dan maju, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Kerusakan
moral bangsa juga tidak jauh dari imbas berkembangnya teknologi yang semakin
merajai di era digital ini.
Adapun bentuk-bentuk krisis moral adalah :
1.Kenakalan remaja
2.Penyalahgunaan NARKOBA
3.Tawuran antar pelajar
4.Seks bebas
6.Budaya mencontek
Ketika moral
telah diabaikan, maka dapat dipastikan yang ada hanya kebobrokan di segala
bidang dan sisi kehidupan. Dari itu persoalan moral harus menjadi hal yang
diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga merupakan benteng
utama dalam hal penanganan masalah krisis moral ini, yang memberikan pengaruh
yang sangat signifikan dalam hal pengajaran moral. Mereka dididik oleh orang
tuanya dan dibentuk seperti apa yang diinginkan orang tuanya. Bila keteladanan
dari orang tua baik, maka akan tergambar dalam moral anak. Unsur kedua adalah
masyarakat sebagai tempat bersosialisasi.Siapapun tidak boleh berlepas tangan
dengan masalah krisis moral ini. Sebagian besar dari masyarakat kita saat ini,
tidak lagi memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Seolah telah
menjadi identitas dalam diri mereka, sehingga tidak lagi memperhatikan keadaan
sosialnya.Sungguh merupakan hal yang perlu untuk dibenahi, supaya masyarakat
kembali menumbuhkan rasa simpati dan kepedulian terhadap sesama yang subur.
Betapa penting dan berartinya peran moral dalam kehidupan kita, oleh karena itu
perlu ada upaya yang serius untuk membenahi dan menangani krisis moral yang
sedang melanda bangsa kita ini. Seluruh unsur harus memberikan perhatian serius
dalam hal ini dan harus bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Tekad dan
harapan kita kedepannya, moral anak bangsa ini tidak lagi mengalami krisis
ataupun degradasi.
Adapun upaya konservasi moral dalam mengikis krisis
moral di era digital diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Belajar di pendidikan pondok
pesantren
2.
Bimbingan rohani pasien
3.
Bimbingan konseling keagamaan
4.
Menonton tayangan siraman
rohani di televisi
5.
Training ESQ
6.
Pendidikan berbasis karakter
Dalam kajian filsafat, pembicaraan moral
berkaitan erat dengan aliran filsafat rekonstruksionisme. Pada prinsipnya,
rekonstruksionisme sepaham dengan aliran paranealisme, khususnya keprihatinan
mengenai kehidupan manusia modern. Aliran tersebut memandang jika kehidupan
manusia modern adalah zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang
terganggu, sakit, penuh kebingugan serta kesimpangsiuran proses. Dan menurut
aliran rekonstruksionisme, pendidikan yang dapat di jadikan alternatif
konservasi dalam mengikis krisis moral perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama
tersebut memerlukan kerja sama antarumat manusia. Selain itu, aliran
rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas
semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu, pembinaan kembali daya
intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Selain aliran rekonstruksionisme, aliran
behaviorisme juga berkaitan erat dengan pembicaraan tentang moral. Karena
aliran behaviorisme merupakan aliran perilaku juga disebut ‘perspektif belajar’
ini berarti bahwa filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proporsi bahwa
semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat
dan harus dianngap sebagai perilaku. Aliran ini juga berpendapat bahwa perilaku
demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis
internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan
bahwa semua teori harus meiliki dasar yang bisa diamati, tetapi tidak ada
perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik seperti tindakan dan
proses yang diamati secara pribadi seperti pikiran dan perasaan. Dengan
demikian, behavioristik menunjukkan bahwa perilaku itu harus mencerminkan moral
yang baik serta mempunyai pengaruh besar bagi manusia di sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.”Pengertian Kenakalan Remaja”.[online].http://matheduunila. blogspot.com
/2009/10/pengertian-kenakalan-remaja.html. (diakses pada tanggal 20 Desember 2012).
Anonim.2010.”Seks Bebas”. [online].http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/seks-bebas-2/.(diakses
pada tanggal 20 Desember 2012).
Daryanto. 1997.Kamus Bahasa indonesia Lengkap.Surabaya:Apollo.
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.1995.Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan
Keluarga.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.
Haryanto.2011.Belajar
Psikologi.Surakarta. Daya Ilmu
(diakses pada tanggal 21 Desember 2012)
http://www.jasa.gov.my/index.php/bm/media/koleksi-artikel/5-field-issues/337-16-pelajar-dikesan-hamil-luar-nikah.html
( diakses pada tanggal 21 Desember 2012)
http://xpdsi.wordpress.com/2008/06/24/hilangkan-budaya-mencontek/
(diakses pada tanggal 21 Desember 2012)
Lapu, Yuven Merdiaris,2010.”Kenakalan Remaja”.[online] http://sabdaspace.com/kenakalan_remaja.
(diakses pada tanggal 20 Desember 2012).
Mulyono, B.1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya.Yogyakarta:Kanisius.
Puspitawati, Herien.2000.”Perilaku Kenakalan Remaja Pengaruh
Lingkungan Keluarga dan/atau Lingkungan Teman?”.[online]. http://rudyct.com/PPS702-ipb/01101/HERIEN.htm.
(diakses pada tanggal 20 Desember 2012).
Saptono. 2006. ”Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Remaja dan Orang
(Dewasa)Sudah Berkeluarga (Sebuah Kajian tentang Pperilaku dan
Kebutuhan)”.[online]. http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex.
(diakses pada tanggal 20 Desember 2012).
Willis, S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya.
Bandung:Penerbit
Angkasa.
Terima kasih sudah mencantumkan nama saya pada Daftar Pustaka.
BalasHapusSalam YM.Lapu
terimakasih sudah sharing, silahkan berkunjung juga ke webVisit Us
BalasHapus