Kamis, 30 Mei 2013

KONSERVASI MORAL



KONSERVASI MORAL DALAM MENGIKIS KRISIS MORAL DI ERA DIGITAL



Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang berasaskan pancasila, bahasa yang luhur, damai dan mengagumkan bagi yang mendengarnya serta syarat dengan makna. Menjadikan bangsa yang bermoral dan berakhlak baik merupakan impian dan cita-cita semua bangsa, begitupun indonesia ingin menjadikan bangsa ini penuh dengan orang-orang yang bermoral dan berakhlak baik. Dulu, benar memang bangsa ini penuh dengan orang yang bermoral, Sopan, Bijaksana dan Benar.kini bangsa ini tidak seperti dulu, bangsa ini sedang sakit, sedang krisis moral dan akhlak, jika dulu pada zaman nenek moyang kita tidak pernah mendengar aksi kriminal yang berbentuk pembunuhan dan kriminal lainnya. Kini hampir setiap hari kita melihat dan mendengar aksi kriminal di media elektronik maupun cetak. Pembunuhan, anak bunuh ibu kandung, ayah perkosa anak kandung, pencurian dan perampokan pun sering kita dengar sampai pada memakan uang rakyat (korupsi) sering pula menghiasi media kita. Belum lagi,  jika dulu pada zaman Nabi saat melahirkan anak perempuan langsung di bunuh  (kubur hidup-hidup), kini tidak kalah kejam malah belum lahir, belum sempat tinggal di dunia sudah dibunuh (aborsi). Dan jika dulu murid sangat takut dan patuh kepada gurunya, kini sebaliknya guru takut dengan muridnya, murid berani melawan pada gurunya,  belum lagi ulah para penguasa bangsa ini yang menjadi harapan bangsa ini malah menjadikan bangsa ini hancur dengan perlakuan mereka yang banyak merugikan negara dan rakyat. Lantas apakah yang melatarbelakangi semua kejadian tersebuat? Krisis moral! Ya, krisis moral dan akhlak. Bangsa ini sedang sakit, bangsa yang tak tahu arah, akan jadi apa bangsa ini kedepannya  jika moral dan akhlak bangsa ini terus menerus seperti ini.
Namun, Laju perkembangan teknologi sendiri tidak bisa kita hentikan. Misal, ada seseorang yang berinovasi membuat aplikasi digital yang dapat menggunakan kamera handphone untuk mengambil gambar wajah seseorang lalu kemudian dari gambar tersebut dilacak semua akun sosial media atau aktifitas mereka di Internet. Awalnya mungkin akan terdengar mengerikan, namun menurut saya tetap ada beberapa penggunaan positif dari inovasi teknologi semacam itu.
Ketika moral telah diabaikan,  maka dapat dipastikan yang ada hanya kebobrokan di segala bidang dan sisi kehidupan. Dari itu persoalan moral harus menjadi hal yang diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga merupakan benteng utama dalam hal penanganan masalah krisis moral ini, yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam hal pengajaran moral. Mereka dididik oleh orang tuanya dan dibentuk seperti apa yang diinginkan orang tuanya. Bila keteladanan dari orang tua baik, maka akan tergambar dalam moral anak. Unsur kedua adalah masyarakat sebagai tempat bersosialisasi.Siapapun tidak boleh berlepas tangan dengan masalah krisis moral ini. Sebagian besar dari masyarakat kita saat ini, tidak lagi memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.Seolah telah menjadi identitas dalam diri mereka, sehingga tidak lagi memperhatikan keadaan sosialnya.Sungguh merupakan hal yang perlu untuk dibenahi, supaya masyarakat kembali menumbuhkan rasa simpati dan kepedulian terhadap sesama yang subur. Betapa penting dan berartinya peran moral dalam kehidupan kita, oleh karena itu perlu ada upaya yang serius untuk membenahi dan menangani krisis moral yang sedang melanda bangsa kita ini. Seluruh unsur harus memberikan perhatian serius dalam hal ini dan harus bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Tekad dan harapan kita kedepannya, moral anak bangsa ini tidak lagi mengalami krisis ataupun degradasi.Dimulai dari diri kita sendiri dan keluarga. Bukan waktunya lagi untuk direndahkan dan dipandang sebelah   mata oleh bangsa lain. Sudah saatnya bagi bangsa ini menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa kita adalah bangsa yang bermoral, beradab dan beretika.


Bentuk-bentuk Krisis Moral di Era Digital

 Di antara bentuk-bentuk krisis moral adalah sebagai berikut :

1.      Kenakalan Remaja
Kartono, ilmuwan sosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”. (Haryanto.Belajar Psikologi,Surakarta,2011. Hal 1 )
Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”(Haryanto. Belajar Psikologi, Surakarta, 2011. Hal 1)
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.(Haryanto,2011:1). Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Adapun beberapa kenakalan remaja diantaranya :
2.      Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
3.      Tawuran Antar Pelajar
4.      Seks Bebas, Hamil di Luar Ikatan Pernikahan Kotori Moral
Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Didukung juga hasil berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di Palu, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen., sementara penelitian pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke klinik pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Seperti dikutip dari harian Republika yang memuat hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang dilakukan pada 2003 di lima kota, di antaranya Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta menyatakan bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Ironisnya, hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri, rumah tempat mereka berlindung dan sebagian besar mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas, sebanyak 12 persen menggunakan metode coitus interuptus (mengeluarkan sperma di luar organ intim wanita). Meningkatnya jumlah kasus seks bebas menyebabkan makin tingginya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
5.      Budaya Mencontek, Hancurkan Integritas Diri
Menyontek itu memiliki arti mencontoh atau melihat jawaban dari teman, internet atau dari kebetan (istilah contekan) yang sebenarnya tidak diperbolehkan dalam mengikuti ujian khususnya ujian dengan peraturan tutup buku. Mencontek pasti sudah tidak asing lagi untuk pendengaran kita, khususnya seorang pelajar. Setiap orang pasti berkeinginann untuk mendapatkan nilai yang baik di setiap pelajarannya,dalam mengisi rapot, ipk atau nilai sertifikat . Sebenarnya Menyontek itu adalah sebuah masalah atau bukan ? tergantung dari mana sudut pandang anda. Kalau dilihat dari sudut pandang si pembuat soal, tentu saja guru, dosen, atau tim pengawas mengadakan ujian untuk mengetahui seberapa besar ilmu yang sudah diserap oleh siswa atau mahasiswa nya, dan untuk mengetahui seberapakah keseriusan dari siswa nya, apakah ilmu yang diberikan terlalu cepat diberikan atau bagaimana, Tapi jika kita lihat dari sudut pandang siswa, adanya ujian itu mengharuskan mereka un tuk mendapat nilai yang baik, jika tidak mereka akan diberikan nilai yang jelek di akhir ujian nanti, padahal mungkin penyampaian guru yang kurang dimengerti, kecepatan dalam mengajarar atau memang kemalasan siswa menjadi factor yang mempengaruhi nilai tersebut. Dengan begitu muncul lah budaya yang ‘buruk’ yaitu mencontek.

Konservasi Moral dalam Mengikis Krisis Moral di Era Digital
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa inggris conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan (Drs.Hariyanto.KBBI: 865). Sedangkan konservasi moral di sini adalah
1.   Upaya perlindungan yang hati-hati terhadap moral insan kamil
2.   Upaya perlindungan jangka panjang dari krisis moral di era digital
Konflik konservasi moral yang muncul di era digital meliputi :
1.      Kenakalan remaja
2.      Penyalahgunaan NARKOBA
3.      Tawuran antar pelajar
4.      Seks bebas
5.      Hamil di luar pernimkahan
6.      HIV/AIDS
7.      Budaya mencontek
Upaya Konservasi Moral dalam Mengikis Krisis Moral di Era Digital
1.      Belajar di  Pendidikan Pondok Pesantren
Diakui atau tidak, Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua yang melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam dan telah banyak memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan bangsa ini, karena itu tak heran bila pakar pendidikan sekelas Ki Hajar Dewantoro dan Dr. Soetomo pernah mencita citakan model sistem pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional. Bagi mereka model pendidikan pesantren merupakan kreasi cerdas budaya Indonesia yang berkarakter dan patut untuk terus dipertahan kembangkan.  Karena banyak hal yang belum tereksplorasi dari pendidikan pondok pesantren tradisonal dalam persepktif pendidikan islam indonesia.
Pengertian pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-dan akhiran an, berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay, mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (Sudirjo.Pesantren Tradisional.(2004: 26-27).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat (Fenomena, 2005: 7)
2.      Bimbingan Rohani Pasien (BRP)
Sakit bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyangkut masalah psiko.  Dengan demikian kepedulian terhadap mereka yang sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh dari segi bio, psiko, sosial, spiritual. Karenanya Pola Pelayanan Holistik adalah urgen bagi kesembuhan setiap pasien. Bimbingan Rohani Pasien sebuah pelengkap penyembuhan dan pelayanan (Complementary Medicine) pasien di Rumah Sakit yang di dalamnya terdapat  proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian. Urgensi Bimbingan Rohani  adalah sebagai sarana peningkatan religiusitas pasien yang berdampak kepada peningkatan kesembuhan, pembentukan moral yang baik dan motivasi pasien.  Dengan kata lain Bimbingan Rohani adalah motivasi menuju kesembuhan.
Bentuk Bimbingan Rohani diantaranya : bimbingan pasien kondisi biasa, bimbingan pasien kondisi koma/ICU, bimbingan pasien gawat darurat.
3.      Bimbingan Konseling Keagamaan Islam
Bimbingan keagamaan islami adalah proses pemberian proses bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia di akhirat. Bimbingan dan konseling, tekanannya pada upaya pencegahan munculnya masalah pada diri seseorang.
Setiap orang, menurut islam, pada dasarnya telah dikaruniai kecenderungan untuk bertauhid, mengesakan Tuhan, dalam hal ini Allah SWT. Tegasnya, dalam diri setiap manusia ada kecenderungan untuk meyakini adanya Allah SWT dan beribadah kepada-Nya.Dalam istialah Al-Qur’an kecenderungan dimaksud disebut dengan “fitrah.”
Ini tercermin dalam ayat dan hadits sebagai berikut :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dari kedua dalil naqli tersebut diketahui bahwa secara kodrati, manusia memiliki fitrah untuk beriman kepada Allah, tetapi karena faktor “lingkungan” maka fitrah tersebut bisa tidak terkembangkan sebagaimana mestinya, melainkan menyimpang ke arah yang lain.
Dengan kata lain, islam mengakui dua hal pokok :
  1. Secara kodrati manusia telah dibekali “naluri” untuk beragama tauhid (agama islam).
  2. Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan naluri tersebut.
4. Menonton Tayangan Siraman Rohani di Televisi
Di era ini, tayangan televisi menyajikan berbagai macam menu tayangan yang tidak sekadar memberikan hiburan atau unsur rekreasi semata. Tayangan televisi di era ini juga menyajikan tayangan yang memiliki unsur edukatif, unsure historis dan tidak ketinggalan pula unsur religiusitas bahkan tayangan ini sifatnya tidak hanya di bulan ramadhan saja, namun tayangan yang memiliki unsure religius ini ditayangkan setiap hari.  Beberapa stasion televisi bahkan berlomba-lomba menayangkan tayangan religius tersebut. Seperti halnya ANTV setiap malam menayangkan “Bincang-bincang dengan ustadz YM (Yusuf Mansyur)”, nah di dalam bincang-bincang ini tidak hanya berisi bincang-bincang biasa. Namun, bincang-bincang ini berisi unsur edukatif serta religiusitas. Seperti halnya saat edisi menjaga akhlak kita antar lawan jenis. Ustadz YM menerangkan bahwa jika kita berpegangan tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya hukumnya adalah halal. Dan besok jika ibu dari yang melakukan hal tersebut akan di siksa kala berada di alam kubur dengan siksaan yang oedih yaitu tangan si ibu itu di beri batu yang di letakkan malaikat zabaniah, konon batu itu sudah di simpan selama 100 tahun di neraka, naudhubillah. Nah, sekeras-kerasnya hati orang yang melihat tayangan televise tersebut pastilah mencair mendengar tayangan tersebut. Tayangan ini juga bisa menjadi jalan alternative dalam konservasi moral bangsa. Dengan siraman rohani keagamaan, seseorang akan tersadar akan semua kesalahan dan kekhilafan yang dilakukannya. Dan ia akan jera atas perilaku negatifnya dan pada akhirnya ia akan menjadi manusia yang bermoral baik. Tidak hanya tanyangan di ANTV saja yang memiliki unsure religius. Seperti halnya di MNC TV, di Trans TV, di Indosiar juga memiliki program tayangan “ Curhat Bersama Mama Dedeh” yang setiap pagi bisa kita nikmati untuk mempertebal keimanan kita serta konservasi moral kita agar senantisa berada di jalan yang lurus.

1.      Training ESQ
"Training ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu mengubah kehidupan seseorang..." Inilah kesimpulan para peserta sejak Training ESQ bermula pada tahun 2001 sehingga kini. Ini adalah kerana ESQ memang berbeda dari latihan yang lain. ESQ bukanlah sekadar latihan kepimpinan atau pengurusan tetapi Training ESQ adalah merupakan pelopor di dalam dunia bagi latihan yang menyentuh aspek spiritual dan emosional seseorang secara mendalam. ESQ adalah merupakan suatu inovasi terkini yang menekankan aspek kepentingan kecerdasan spiritual bagi setiap manusia. Diyakini bahawa kecerdasan spiritual merupakan pusat dan landasan bagi kesemua kecerdasan yang ada yaitu Intellectual Quotient (Kecerdasan Intelektual) dan Emotional Quotient (Kecerdasan Emosional). Dibalik kejayaan ESQ Way 165 yang penuh dengan fenomena, tentulah berdiri seorang tokoh yang inovatif dan kreatif. Tokoh pencetus idea sekaligus menjadi penggasas ESQ Leadership Center adalah Ary Ginanjar Agustian. Lulusan Universitas Udayana Bali dan Tafe College di Adelaide, Australia, Ary Ginanjar telah berkecimpung di dunia pendidikan dan profesional selama lebih daripada 15 tahun. Hasil daripada penelitian dan kajian yang mendalam, beliau telah menerbitkan beberapa karya beliau sendiri berkenaan ESQ yaitu "Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual" dan 'Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power'. ESQ berpusat di Menara 165 Cilandak, Jakarta.
ESQ bertujuan untuk melahirkan manusia yang unggul dari sudut emosi dan spiritual dengan cara mengembangkan potensi keperibadian. Membentuk manusia unggul bukanlah suatu perkara yang mudah malah memerlukan suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan selain komitmen yang tinggi pada diri seseorang. Sehubungan dengan ini, ESQ merupakan latihan yang berterusan tanpa henti dan memperkenalkan konsep "Pelatihan seumur hidup". Konsep ini bermaksud jika anda telah hadir Training ESQ, anda layak untuk hadir ke Training ESQ seterusnya di mana saja dan kapan saja secara GRATIS. Inilah salah satu keistimewaan yang bakal anda peroleh pada Training ESQ selain konsep ESQ itu sendiri yang cemerlang yang akan membawa kepada cahaya dan harapan baru bagi kehidupan anda. ESQ akan memandu seseorang dalam membangunkan prinsip hidup dan keperibadian berdasarkan ESQ Way 165. Angka 165 merupakan simbol bagi 1 hati yang Ihsan pada God Spot, 6 Prinsip Moral berdasarkan Rukun Iman dan 5 Langkah Kejayaan yang berdasarkan Rukun Islam. Walaupun ESQ berasaskan agama Islam, ini tidak bererti ESQ hanya ditujukan secara eksklusif untuk individu Islam saja. ESQ adalah untuk semua tanpa melihat agama atau bangsa. ESQ untuk siapa saja yang berkeinginan membentuk keperibadian yang unggul dan bertanggungjawab.
2.      Pendidikan Berbasis Karakter
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar keunggulannya masing-masing. Memasuki Era Globalisasi menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan mereka dengan berbagai teknologi canggih agar bisa menghasilkan siswa yang mampu bersaing di Era ‘Global Village’.
 Menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak, yaitu:
1.      Cinta Allah, dengan segenap ciptaanNya
2.      Kemandirian ,tanggung jawab
3.      Kejujuran, bijaksana
4.      Hormat, santun
5.      Dermawan, suka menolong, gotong royong
6.      Percaya diri, kreatif, bekerja keras
7.      Kepemimpinan, keadilan
8.      Baik hati, rendah hati
9.      Toleransi, kedamaian, kesatuan.

Simpulan
Pembahasan mengenai ‘moral’ merupakan permasalahan yang sangat kompleks di negeri ini. Bangsa ini sedang sakit, bangsa yang tak tahu arah, akan jadi apa bangsa ini kedepannya  jika moral dan akhlak bangsa ini terus menerus seperti ini. Dalam hal ini peran pemerintah dan para guru untuk mencanangkan pendidikan yang penuh dengan moral harus lebih dan diperhatikan, agar kedepannya bangsa ini menjadi bangsa yang bermoral dan maju, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Kerusakan moral bangsa juga tidak jauh dari imbas berkembangnya teknologi yang semakin merajai di era digital ini.
Adapun bentuk-bentuk krisis moral adalah :
1.Kenakalan remaja
2.Penyalahgunaan NARKOBA
3.Tawuran antar pelajar
4.Seks bebas
6.Budaya mencontek
 Ketika moral telah diabaikan, maka dapat dipastikan yang ada hanya kebobrokan di segala bidang dan sisi kehidupan. Dari itu persoalan moral harus menjadi hal yang diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga merupakan benteng utama dalam hal penanganan masalah krisis moral ini, yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam hal pengajaran moral. Mereka dididik oleh orang tuanya dan dibentuk seperti apa yang diinginkan orang tuanya. Bila keteladanan dari orang tua baik, maka akan tergambar dalam moral anak. Unsur kedua adalah masyarakat sebagai tempat bersosialisasi.Siapapun tidak boleh berlepas tangan dengan masalah krisis moral ini. Sebagian besar dari masyarakat kita saat ini, tidak lagi memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Seolah telah menjadi identitas dalam diri mereka, sehingga tidak lagi memperhatikan keadaan sosialnya.Sungguh merupakan hal yang perlu untuk dibenahi, supaya masyarakat kembali menumbuhkan rasa simpati dan kepedulian terhadap sesama yang subur. Betapa penting dan berartinya peran moral dalam kehidupan kita, oleh karena itu perlu ada upaya yang serius untuk membenahi dan menangani krisis moral yang sedang melanda bangsa kita ini. Seluruh unsur harus memberikan perhatian serius dalam hal ini dan harus bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Tekad dan harapan kita kedepannya, moral anak bangsa ini tidak lagi mengalami krisis ataupun degradasi.
Adapun upaya konservasi moral dalam mengikis krisis moral di era digital diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Belajar di pendidikan pondok pesantren
2.      Bimbingan rohani pasien
3.      Bimbingan konseling keagamaan
4.      Menonton tayangan siraman rohani di televisi
5.      Training ESQ
6.      Pendidikan berbasis karakter

Dalam kajian filsafat, pembicaraan moral berkaitan erat dengan aliran filsafat rekonstruksionisme. Pada prinsipnya, rekonstruksionisme sepaham dengan aliran paranealisme, khususnya keprihatinan mengenai kehidupan manusia modern. Aliran tersebut memandang jika kehidupan manusia modern adalah zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang terganggu, sakit, penuh kebingugan serta kesimpangsiuran proses. Dan menurut aliran rekonstruksionisme, pendidikan yang dapat di jadikan alternatif konservasi dalam mengikis krisis moral perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerja sama antarumat manusia. Selain itu, aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Selain aliran rekonstruksionisme, aliran behaviorisme juga berkaitan erat dengan pembicaraan tentang moral. Karena aliran behaviorisme merupakan aliran perilaku juga disebut ‘perspektif belajar’ ini berarti bahwa filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proporsi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianngap sebagai perilaku. Aliran ini juga berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus meiliki dasar yang bisa diamati, tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik seperti tindakan dan proses yang diamati secara pribadi seperti pikiran dan perasaan. Dengan demikian, behavioristik menunjukkan bahwa perilaku itu harus mencerminkan moral yang baik serta mempunyai pengaruh besar bagi manusia di sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.”Pengertian Kenakalan Remaja”.[online].http://matheduunila. blogspot.com /2009/10/pengertian-kenakalan-remaja.html. (diakses pada tanggal  20 Desember 2012).

Anonim.2010.”Seks Bebas”. [online].http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/seks-bebas-2/.(diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Daryanto. 1997.Kamus Bahasa indonesia Lengkap.Surabaya:Apollo.

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.1995.Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.

Haryanto.2011.Belajar Psikologi.Surakarta. Daya Ilmu

(diakses pada tanggal 21 Desember 2012)



Lapu, Yuven Merdiaris,2010.”Kenakalan Remaja”.[online] http://sabdaspace.com/kenakalan_remaja. (diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Mulyono, B.1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya.Yogyakarta:Kanisius.

Puspitawati, Herien.2000.”Perilaku Kenakalan Remaja Pengaruh Lingkungan Keluarga dan/atau Lingkungan Teman?”.[online]. http://rudyct.com/PPS702-ipb/01101/HERIEN.htm. (diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Saptono. 2006. ”Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Remaja dan Orang (Dewasa)Sudah Berkeluarga (Sebuah Kajian tentang Pperilaku dan Kebutuhan)”.[online]. http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex. (diakses pada tanggal 20 Desember 2012).

Willis, S.  1994.  Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung:Penerbit Angkasa.


































2 komentar:

  1. Terima kasih sudah mencantumkan nama saya pada Daftar Pustaka.

    Salam YM.Lapu

    BalasHapus
  2. terimakasih sudah sharing, silahkan berkunjung juga ke webVisit Us

    BalasHapus