BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semakin
lama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Semua negara
berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu
pendidikan, misalnya dengan menyusun kurikulum yang disesuaikandengan
perkembangan zaman, karena perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi sangat
ditunjang oleh keberhasilan dalam dunia pendidikan.
Pada
proses belajar ada tujuan belajar dan yang harus dicapai. Tujuan belajar
tersebut harus tepat agar hasil yang diinginkan dapat terwujud. Keberhasilan
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran tidak dapat terlepas dari
peranan guru dan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan. Keberhasilan
seorang pendidik dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran dapat dilihat
dari nilai peserta didik dan perubahan tingkah lakunya.
Salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara
evaluasi dan mengadakan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai model
pembelajaran baru tentang proses belajar
mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang sesuai pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pelaku yang menduduki posisi
strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus
mengikuti perkembangan model-model pembelajaran baru dalam dunia pendidikan
tersebut.
Dalam
beberapa mata pelajaran tertentu, banyak siswa menganggapnya sebagai
momok,misalnya mata pelajaran matematika.Siswa sering sekali menjadikan
matematika sebagai mata pelajaran yang sangat sulit,membosankan,bahkan
menakutkan dan menjadi momok saat ujian. Hal ini tentu harus direnungkan,apa
penyebab matematika menjadi momok sebagian siswa,apakah cara penyampaian materi
kurang mengena,atau cara penyampaian materi membosankan sehingga siswa enggan
untuk berusaha? Disinilah peranan guru sangat penting.
Guru
merupakan tenaga kependidikan paling depan dalam peningkatan kualitas dan
prestasi belajar siswa. Guru dalam proses belajar mempunyai fungsi yang sangat
strategis dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengajar karena melalui proses
pendidikan dan pembelajara akan terbentuklah sikap dan perilaku peserta didik
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dengan
memperhatikan kesulitan yang terjadi pada siswa tersebut, guru harus mencari
solusi yang tepat misalnya dengan menggunakan model pemblajaran yang sesuai dan
tidak membosankan. Oleh karena itu akan dicoba diterapkan model pembelajaran
tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan metode
pemecahan masalah, CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran
cooperative learning. Dalam pembelajaran ini dibentuk kelompok kecil, para
siswa diberi suatu teks/bacaan kemudian siswa latihan membaca atau saling
membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis kesimpulan atau inti
dari bacaan tersebut atau memberikan tanggapan terhadap isi bacaan tersebut,
atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas tentang model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran tipe CIRC ?
2. Bagaimana
langkah-langkah model pembelajaran tipe CIRC ?
3. Apa
saja kegiatan pokok dari model pembelajaran tipe CIRC ?
4. Apa
saja manfaat dari model pembelajaran tipe CIRC?
5. Apa
saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe CIRC?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Untuk
mengetahui serta memahami pengertian model pembelajaran CIRC.
- Untuk
mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang
menggunakan metode CIRC.
-
- Untuk
mengetahui apa saja kegiatan pokok dari model pembelajaran tipe CIRC
- Untuk
mengetahui manfaat apa saja yang didapat dari model pembelajaran tipe CIRC
- Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan model pembelajaran CIRC
D.
Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari
penyusunan makalah ini adalah:
- Kita
dapat memahami pengertian model pembelajaran CIRC.
- Kita
dapat memahami langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang
menggunakan model CIRC.
- Kita
dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan apabila menggunakan model pembelajaran
CIRC.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Tipe
CIRC
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perencana pembelajaran dan bagi para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar (sugandi, 2004:85).
Pembelajaran
Kooperatif Tipe CIRC pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dkk. Alasan
utama pengembangan metode ini karena kekhawatiran mereka terhadap pengajaran
membaca, menulis dan seni berbahasa oleh guru masih dilakukan secara
tradisional.
CIRC merupakan suatu
program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis pada kelas-kelas
tinggi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Maden, Stevens, &
Slavin,1986).
CIRC singkatan dari
Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model
pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif
terpadu membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC
telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa, akan tetapi ilmu
sosial dan ilmu alam. (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8).
Pada model pembelajaran
CIRC, siswa akan ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Di dalam kelompok tersebut tidak akan di bedakan atas jenis kelamin atau
tingkat kecerdasan. Sehingga, dalam kelompok tersebut ada siswa yang pandai,
sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan
pembelajaran kelompok ini, diharapkan agar siswa dapat meningkatkan cara
berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
B. Langkah – Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa
secara heterogen.
2. Guru memberikan
wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama
saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat
kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat
kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a.
Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai
mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku
paket, atau media lainnya.
b.
Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini
memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya,
mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami
dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa
terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama
proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan
reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi
sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk
diujikannya.
c.
Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu
mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi
yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau
sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan
gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap
menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Manfaat Model Pembelajaran CIRC
1. Dengan
menggunakan model pembelajaran CIRC, siswa mendapat pengalaman baru dalam
proses pembelajaran,selain itu model pembelajaran CIRC juga mengasah daya pikir
siswa karena siswa akan dituntut lebih aktif dan selain itu juga dapat
menghemat waktu.
2. Dengan
menggunakan model pembelajaran CIRC, guru dapat dengan mudah menyampaikan
materi pelajaran, selain itu guru juga lebih kreatif dalam penyampaian materi
serta dalam memotivasi peserta didik.
3. Dengan
menggunakan model pembelajaran CIRC, sekolah akan lebih bermutu karena
peningkatan keberhasilan dari hasil belajar siswa.
D. Kelebihan dan Kelemahan Penerapan
Model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC).
Dalam penerapnnya,
model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
model ini diantaranya :
a. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu
permasalahan yang diberikan guru.
b. Dapat
digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah.
c. Meningkatkan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
d. Meningkatkan
rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi
yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas.
Selain kelebihan, model
pembelajaran ini juga memiliki beberpa kekurangan, diantanya :
a. Membutuhkan
waktu yang tidak sedikit.
b. Sulit
mengatur kelas untuk diam sehingga suasana kelas cenderung ramai dari beberapa
kekurangan yang sudah dipaparkan, dalam pelaksanaannya guru harus pandai
mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model ini dapat berlangsung dengan baik.
E. Penggunaan materi yang cocok untuk SMP/SMA dengan Metode
CIRC
Terdapat beberapa materi matematika yang sesuai diterapkan dengan metode
CIRC. Misalnya : Pemfaktoran bentuk aljabar, menyelesaikan bilangan (bulat,
pecahan, dll), segi empat (layang-layang, jajar genjang, persegi, belah
ketupat, persegi panjang). Walaupun pemanfaatan metode ini tidak sebatas hanya
pada materi-materi ini saja.
Didalam metode CIRC ini, siswa dalam kelas yang mendapat peringkat
teratas, bukan berate menjadi motor utama. Hal ini benar adanya, namun semua
anggota kelompok sangat berpengaruh. Walaupun demikian, di dalam metode CIRC
ini, siswa yang mempunyai peringkat yang lebih baik, disebar secara merata
dalam setiap kelompok. Sehingga keseimbangan dalam pengertian materinya dapat
diterima dengan sama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa :
1.
Melalui
Cooperative Learning tipe CIRC dapat membantu siswa dapat menyelesaikan
pembahasan dan pemahaman materi dalam sebuah kelompok.
2.
Melalui
Cooperative Learning tipe CIRC siswa dapat belajar menyelesaikan persoalan
dengan aktif melibatkan seluruh anggota kelompok. Jadi tercipta hubungan
korelasi antar siswa.
3.
Dengan
metode ini, siswa lebih aktif 75% sedangkan guru hanya bersifat membantu dan
mengarakan. Sehingga subjek belajar terletak pada siswa.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat ditujukan kepada pendidik
atau guru, yaitu :
1.
Guru
matematika harus dapat mengemas dan mengembangkan metode pembelajaran
matematika secara bervariatif lagi, sehingga tercipta pembelajaran yang
menyenangkan.
2.
Sudah
sepatutnya seorang guru memiliki inisiatif untuk kreatif , inovatif dan selalu meningkatkan profesionalitasnya.
3.
Salah
satu yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih bervariatif, seorang guru
dapat menerapkan metode Cooperatif Learning tipe CIRC ini. Diharapkan dapat
tercipta hasil optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim pengembang LPMP Jawa Timur dan PSMS.2005.Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya:pusat sains dan matematika
sekolah unesa.
Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC
dalam Meningkatkan
Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal
Cerita. Seminar Nasional F.MIPA UNNES.
Yatim Riyanto, Paradigma
Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan
Dalam
implementasi Pembelajaran yang Efektif, (Jakarta: Kencana, 2009).hlm,
283.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar