BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Matematika adalah ilmu universal
yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan
daya pikir serta analisa siswa. Peran matematika dewasa ini semakin penting, karena
banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti
tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain – lain. Untuk memahami dan menguasai
informasi dan teknologi yang berkembang pesat, maka diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Dalam proses
pembelajaran, masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dan
strategi yang kurang tepat dalam proses belajar mengajar seperti guru
yang aktif menyampaikan materi secara terperinci sedangkan siswa mendengarkan,
mencatat, dan menanyakan materi yang kurang jelas. Pembelajaran yang demikian
disebut sebagai pembelajaran konvensional. Pembelajaran
tersebut mengakibatkan banyak siswa menjadi bosan atau tidak nyaman dalam
proses belajar mengajar di kelas, sehingga hasil belajar siswa berakhir dengan
tidak tuntas.
Agar
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tidak membosankan, maka pada
pelaksanaannya dapat menerapkan berbagai strategi. Keragaman
wawasan matematika menuntut kreativitas seorang guru untuk mengembangkan pola
dan model pembelajaran yang efektif agar target – target yang telah dapat tercapai
dengan optimal (Mulyanto,2007). Para ahli
pendidikan mengembangkan model pembelajaran dan berhasil mendorong minat siswa
dalam kerja sama yang diterapkan di kelas. Model pembelajaran yang dimaksud
adalah model pembelajaran kooperatif.
Tipe model
pembelajaran kooperatif yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
dikembangkan dan diujicobakan pertama kali oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan diadaptasi oleh Slavin dan teman – teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik ini
kemudian dikembangkan oleh Aronson sebagai metode Cooperative Learning. Teknik
ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun
berbicara.
Metode pembelajaran tipe jigsaw terbagi menjadi tiga
ketegori yaitu jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III. Di dalam proses
pembelajaran jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk
siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang yang
beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut ini :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan model pembelajaran tipe jigsaw ?
2.
Bagaimana langkah – langkah dalam penerapan model pembelajaran tipe jigsaw ?
3.
Apa saja kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran tipe jigsaw ?
4.
Apa materi yang cocok untuk diterapkan dengan model pembelajaran tipe jigsaw ?
C.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk :
1.
Mendeskripsikan pengertian model pembelajaran
tipe jigsaw.
2.
Mendeskripsikan langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw.
3.
Mendeskripsikan kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran tipe jigsaw.
4.
Mendeskripsikan materi yang cocok untuk menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknik belajar
bersama. Dalam hal ini belajar bersama berarti melakukan sesuatu secara
bersama, saling membantu, dan bekerja sebagai sebuah tim (Suwarno,2007:139). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah satu jenis pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw sangat membantu memotivasi siswa
untuk menerima tanggung jawab mempelajari sesuatu dengan cukup baik untuk
diajarkan kepada teman – teman mereka. Dengan demikian, siswa saling tergantung dengan yang lain
dan harus bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Model pembelajaran tipe jigsaw
terbagi menjadi tiga ketegori yaitu jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III. Pertama kali Jigsaw I dikembangkan oleh Elliot Aronson (1975),
dimana siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil
yang terdiri dari lima anggota (Huda,2011:120). Setiap kelompok diberi
informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran saat itu. Dari
informasi yang diberikan pada setiap kelompok, masing – masing anggota harus
mempelajari bagian – bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Setelah
mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing – masing, setiap
anggota yang mempelajari bagian – bagian ini berkumpul dengan anggota – anggota
kelompok dari kelompok – kelompok yang lain.
Jigsaw
II diadopsi dan dimodifikasi kembali
oleh Slavin (1989). Dalam model ini,
setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan kelompok (group
reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing –
masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing –
masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan
mengerjakan kuis (Huda, 2011:118).
Model Jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan (1990). Dari Jigsaw III ini tidak ada
perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing – masing. Hanya saja,
dalam jigsaw III, Kagan lebih memfokuskan pada penerapannya di kelas – kelas bilingual. Sehingga berbeda
dengan dua model
jigsaw sebelumnya yang dapat
diterapkan untuk semua materi pelajaran, model jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual yang pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk
materi, bahan, lembar kerja, dan kuis (Huda,
2011:122).
Tujuan dari model jigsaw adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan
belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba mempelajari materi
secara individual. Pada
kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang.
Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab sehingga siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya.
Siswa dapat berinteraksi dengan teman
sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Dalam model pembelajaran
biasa atau tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Sebaliknya
didalam model belajar tipe jigsaw,
meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan
kelas. Selain
itu, siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong – royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
B.
Langkah – langkah dalam Penerapan Metode
Pembelajaran Tipe Jigsaw
Pada
model pembelajaran jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok
asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan,
asal, dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas – tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Adapun langkah – langkah model pembelajaran jigsaw menurut Aronson adalah sebagai berikut :
1.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 – 6 anggota (kelompok
asal).
2.
Tiap orang dalam kelompok asal diberi materi yang berbeda.
3.
Tiap orang dalam kelompok asal diberi bagian materi yang
ditugaskan.
4.
Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari
bagian atau sub bab yang sama bertemu dengan
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5.
Setelah selesai diskusi kelompok ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu kelompok mereka tentang sub bab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.
Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.
Guru memberikan evaluasi.
Fase – fase dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut :
a) Pendahuluan
Pada fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok – kelompok yang dinamakan kelompok asal (home group) dan guru memberikan materi dengan topik tertentu
serta menjelaskan alasan pentingnya topik tersebut, guru berupaya membuat siswa
menjadi tertarik dengan materi yang diberikannya. Kemudian setiap siswa diberi
tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Focused Exploration (pembentukan kelompok)
Anggota dari kelompok ahli (focus group) ini berasal dari anggota kelompok asal (home group) dimana mereka sudah membawa dan memahami sub pokok
bahasan yang dibahas didalam kelompok asal. Dalam
mendiskusikan materi masing-masing anggota harus berani mengutarakan idenya
sebagai bentuk klarifikasi dari materi yang telah dikuasainya, sehingga setiap
anggota mempunyai konsep yang sama tentang materi yang menjadi tanggung
jawabnya. Guru diharapkan menyiapkan soal yang terkait dengan materi yang
dibahasnya. Siswa harus mengerjakan soal yang terkait dengan penjelasan guru.
Hasil dari tes tersebut akan sangat terkait dengan posisi kelompoknya.
c) Reporting and Resharping (pelaporan dan penajaman)
Para siswa kembali kepada kelompoknya semula (home group). Dalam kelompoknya ini dia
melaporkan hasil penguasaan materi dari masing – masing anggota kelompok ahli dan meminta
rekan – rekan lainnya
untuk menanyakan atau meminta penjelasan tentang materi yang telah berhasil
dikuasainya.
d) Integrasi dan Evaluasi
Dalam fase ini guru menyusun tugas atau tes yang
diberikan kepada setiap kelompok dengan fokus utama mengingatkan mereka pada
materi yang telah dikuasai secara kelompok. Evaluasi mencakup pada materi yang
telah dibahas dengan cara menyelesaikan soal – soal latihan baik secara kelompok maupun individu.
C.
Kekurangan dan
Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
1.
Kekurangan model pembelajaran tipe jigsaw
Dalam penerapannya
sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu
:
a)
Siswa yang aktif akan
lebih mendominasi diskusi dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
b)
Siswa yang memiliki
kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
c)
Siswa yang cerdas
merasa bosan.
d) Siswa
yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
e)
Dibutuhkan banyak
waktu untuk menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
2.
Kelebihan model pembelajaran tipe jigsaw
Bila dibandingkan
dengan model pembelajaran tradisional,
model pembelajaran jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a)
Mempermudah pekerjaan
guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan
materi kepada rekan – rekannya.
b)
Pemerataan penguasaan
materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c)
Metode pembelajaran ini
dapat melatih siswa untuk lebih aktif
dan kritis dalam berbicara dan berpendapat.
d) Meningkatkan sikap kerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang disampaikan.
e)
Meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang
lain.
D.
Materi yang Cocok Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
Beberapa
contoh materi matematika yang cocok untuk
menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw
adalah menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel. Hal
ini disebabkan materi yang akan
dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian serta materi yang akan
dipelajari tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Dimana materi yang dipelajari
kelompok ahli yang satu tidak menjadi prasyarat materi yang dipelajari kelompok
ahli yang lain. Syarat ini sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap
kelangsungan pembelajaran dan hasil akhirnya.
Misalkan
Kelompok ahli 1 mempelajari materi A, kelompok ahli 2 mempelajari materi B,
kelompok ahli 3 mempelajari materi C, kelompok ahli 4 mempelajari D. Andaikan
untuk mempelajari B seseorang harus memahami A, untuk mempelajari C seseorang
harus terlebih dahulu memahami A dan B, untuk memahami materi D seseorang harus
terlebih dahulu memahami materi B dan C, maka materi yang demikian tentu tidak
memenuhi tuntutan “tidak menjadi prasyarat” di atas. Akibatnya tentu materi yang
demikian tidak dapat menggunakan model
pembelajaran tipe jigsaw.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal
yaitu:
1)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah satu jenis pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
2)
Model pembelajaran jigsaw sangat membantu memotivasi
siswa untuk menerima tanggung jawab mempelajari sesuatu dengan cukup baik untuk
diajarkan kepada teman – teman mereka. Dengan demikian, siswa saling tergantung dengan yang lain
dan harus bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
3)
Pergeseran peran guru selama pembelajaran dapat mendorong
adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
4)
Strategi model pembelajaran jigsaw adalah teknik pembelajaran
kooperatif dimana siswa memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran dengan langkah – langkah yang sistematis.
5)
Tujuan dari model pembelajaran jigsaw adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba mempelajari materi secara individual.
B. Saran
1)
Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru
harus memperhatikan tingkat heterogenitas masing-masing kelompok asal dan
pemberian tugas yang akan menjadi kelompok ahli sesuai kemampuan siswa.
2)
Guru harus selalu memupuk tanggung jawab individu dan
kelompok dalam pembelajaran.
3)
Guru harus berperan maksimal dalam pembelajaran ini agar
tujuan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat berjalan
sesuai apa yang diharapkan.
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP
Negeri .............................
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII (Delapan)
Semester : 1 (Satu)
Alokasi
Waktu : 2 40 Menit
A.
Standar
Kompetensi
Memahami
sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B.
Kompetensi
Dasar
Menyelesaikan
sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
C.
Indikator
1.
Menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan metode grafik.
2.
Menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan metode eliminasi.
3.
Menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan metode substitusi.
4.
Menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan metode eliminasi dan
substitusi.
D.
Tujuan
Pembelajaran
1.
Melalui diskusi siswa
dapat menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan
metode grafik dengan benar.
2.
Melalui diskusi siswa
dapat menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan
metode eliminasi dengan benar.
3.
Melalui diskusi siswa
dapat menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan
metode substitusi dengan benar.
4.
Melalui diskusi siswa
dapat menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) menggunakan
metode eliminasi dan substitusi dengan benar.
E.
Topik
1.
Metode grafik pada
pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
2.
Metode eliminasi pada
pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
3.
Metode substitusi pada
pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
4.
Metode eliminasi dan
substitusi pada pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
F.
Metode
Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
G.
Proses
Pembelajaran
Langkah
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Kegiatan Siswa
|
Media Pengajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
- Mengucapkan
salam dan berdo’a bersama.
- Memeriksa
kehadiran siswa.
- Apersepsi
: menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Motivasi
: memotivasi siswa dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
|
Mendengarkan
dan menanyakan apakah ada pertanyaan.
|
LCD,
Laptop, lembar soal, papan tulis, spidol, penggaris, dan penghapus.
|
10
menit
|
Kegiatan
Inti
|
Eksplorasi
- Siswa
dikelompokan menjadi berbagai macam kelompok dengan masing – masing kelompok memiliki anggota 4 – 6 siswa.
- Guru
memberikan materi pembelajaran yang berbeda kepada setiap anggota kelompok.
- Siswa
diberikan kesempatan berdiskusi sesuai materi yang didapat dengan kelompoknya
masing – masing.
Elaborasi
- Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok
ahli.
- Siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali kekelompok asal.
- Guru
memfasilitasi siswa dalam melaksanakan diskusi.
- Perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Konfirmasi
- Memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik.
- Memberikan
penguatan kepada siswa.
|
Memperhatikan,
mendengarkan, dan mengerjakan.
|
|
60
menit
|
Penutup
|
-
Guru dan siswa bersama-sama membuat
rangkuman atau simpulan materi
pelajaran.
-
Memberikan PR kepada siswa.
-
Menyampaikan judul materi yang akan
disampaikan di pertemuan yang selanjutnya.
-
Siswa bersama guru berdo’a bersama.
-
Guru menyampaikan salam.
|
Membuat
simpulan
|
|
10
menit
|
H.
Penilaian
Soal
kuis dan keaktifan.
I.
Referensi
Buku : Nuharini, Dewi, Tri
Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan
Aplikasinya Untuk Kelas VIII SMP da MTS. Jakarta
:
Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Alat : - LCD
- Laptop
- Lembar
soal
- Papan
tulis
- Spidol
- Penghapus
- Penggaris
Semarang,
September 2012
Pengajar
Tim
SISTEM PERSAMAAN LINEAR
DUA VARIABEL
Apabila terdapat dua persamaan linear dua variabel
yang berbentuk ax + by = c
dan dx + ey = f atau biasa
ditulis
maka dikatakan dua persamaan tersebut
membentuk sistem persamaan linear dua variabel. Penyelesaian sistem persamaan
linear dua variabel tersebut adalah pasangan bilangan (x,y) yang memenuhi kedua persamaan tersebut. Untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan
metode grafik, eliminasi, substitusi, dan metode gabungan (eliminasi dan
substitusi).
1.
Metode
Grafik
Pada
metode grafik, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel
adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis – garisnya tidak
berpotongan di satu titik tertentu maka himpunan penyelesaiannya adalah
himpunan kosong.
|
Dengan metode grafik,
Tentukan himpunan penye-
lesaian sistem persamaan
linear dua variabel
x
+ y
= 5 dan x – y = 1, jika
x,y variabel
pada himpunan
bilangan real
Grafik
Gambar di samping adalah grafik
sistem persamaan dari x + y = 5 dan x – y = 1. Dari gambar
tampak bahwa koordinat titik potong kedua garis adalah (3,2).
Jadi,
himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x
+ y = 5 dan x – y = 1 adalah {(3,2)}.
2.
Metode
Eliminasi
Pada
metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
linear dua variabel, caranya adalah dengan menghilangkan (mengeliminasi) salah
satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x
kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu atau sebaliknya. Perhatikan
bahwa jika koefisien dari salah satu variabel sama maka kita dapat
mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel tersebut, maka selanjutnya
menentukan variabel yang lain.
Contoh
Dengan
metode eliminasi. Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan 2x +
3y = 6 dan x – y = 3.
Penyelesaian :
2x + 3y
= 6 dan x – y = 3
Langkah
I (eliminasi variabel y)
Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x + 3y
= 6 dikalikan 1 dan persamaan x –
y = 3 dikalikan 3.
2x + 3y
= 6 x1 2x
+ 3y =
6
x – y = 3 x3
3x - 3y = 9
2x
+ 3x =
6+9
5x = 15
x = = 3
Langkah
II (eliminasi variabel x)
Seperti pada langkah I, untuk mengeliminasi variabel
x, koefisien x harus sama, sehingga
persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan persamaan x
– y = 3 dikalikan 2.
2x + 3y
= 6 x1 2x
+ 3y =
6
x – y = 3 x2
2x - 2y = 6
3y – (-2y) = 6-6
3y+2
y = 0
5y
= 0
y =
= 0
Jadi,
himpunan penyelesaiannya adalah {(3,0)}.
3.
Metode
Substitusi
Persamaan
x – y = 3 ekuivalen dengan x = y +
3. Dengan menyubstitusikan persamaan x +
y = 3 ke persamaan 2x + 3y
= 6 diperoleh sebagai berikut.
2x + 3y
= 6
2 ( y
+3 ) + 3y = 6
2y +
6 + 3y = 6
5y
+ 6 = 6
5y + 6 - 6 = 6 - 6
5y =
0
y = 0
Selanjutnya untuk
memperoleh nilai x, substitusikan
nilai y ke persamaan x +
y = 3, sehingga diperoleh
x = y +
3
x = 0 +
3
x
=
3
Jadi, himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan 2x
+ 3y = 6
x
+ y = 3
adalah
{(3,0)}.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dikatakan bahwa untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
metode substitusi, terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu ke dalam
variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian menyubstitusikan
(menggantikan) variabel itu dalam persamaan yang lainnya.
4.
Metode
Gabungan
Kalian
telah mempelajari cara menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode grafik, eliminasi, dan substitusi. Sekarang
kalian akan mempelajari cara yang lain, yaitu dengan metode gabungan eliminasi
dan substitusi.
Contoh
Dengan metode
gabungan, tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x - 5y
= 2 dan x + 5y = 6, jika x , y .
Penyelesaian :
Langkah pertama yaitu
dengan metode eliminasi, diperoleh
2x - 5y
= 2 x1 2x - 5y
= 2
x
+ 5y
= 6 x2 2x +10y
=12
-15y
= -10
y =
=
selanjutnya
substitusikan nilai y ke persamaan x + 5y
= 6, sehingga diperoleh
x +
5y = 6
x
+ 5 = 6
x
+ = 6
x
=
6 -
x
=
2
Jadi,
himpunan penyelesaian dari persamaan 2x - 5y
= 2 dan x + 5y = 6 adalah 2 ,
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative
Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Barkley, E. Elizabert, dkk. 2012. Collaborative Learning Techniques. Bandung : Nusa
Media.
Suwarno. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw (PTK pada Siswa Kelas VII E SMP
Negeri 4 Sukoharjo) :
Index.php/jp/article/view/18. (24 September 2012).
Mulyanto,
Respaty. Pendekatan Cooperative Learning
Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan
Penguasaan
Operasi Pecahan di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang : Jurnal
PENDIDIKAN DASAR/Vol. V No. 7 April
2007/Pendekatan Cooperative Learning
Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan
Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh
I Kabupaten Sumedang.pdf. (24
September 2012).
Ahmad,
Akhmad Jazuli. Jigsaw Type of Cooperative
Learning as a Means of Improving High
School
Students Mathematical Communication Ability : International Journal for
(24 September 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar